top of page
Search
  • Writer's picturekotakbekalid

Berhati-hatilah Kalau Mau Kerokan

Updated: Jun 14, 2019



Istilah masuk angin sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Sejumlah masyarakat Indonesia mengatasinya dengan kerokan dan berhasil sembuh. Namun, kerokan justru tidak dianjurkan dalam dunia kedokteran.


“Aduh, kalau bahas kerokan itu rumit, ya. Sebenarnya dokter nggak pernah meganjurkan karena alasan-alasan tertentu. Tapi masyarakat tetap melakukan karena terbukti berhasil,” ujar dr. Yudhi Kristianto, seorang dokter umum yang memiliki klinik di Ruko Yap Square, Yogyakarta.


Dokter tidak menganjurkan pengobatan tradisional ini karena berbagai pertimbangan. Gejala masuk angin seperti kembung, pusing, mual, kedinginan, nyeri di dada, batuk, pilek, dan demam dapat mengindikasikan penyakit lainnya. Jika salah indikasi, penderita masuk angin dapat terkena dampak buruknya.


“Misal pusing dan mual karena keracunan makanan, terus kerokan. Hal seperti itu berbahaya karena keburu racunnya menyebar ke seluruh tubuh,” kata dr. Yudhi.

Kesalahan indikasi yang lebih berbahaya dapat menyebabkan kematian. Kasus umum kerokan menimbulkan kematian diakibatkan oleh gejala masuk angin yang ternyata merupakan gejala serangan jantung. Nyeri dan rasa sesak di dada memang merupakan gejala masuk angin, namun serangan jantung juga memiliki gejala seperti ini.


“Nyeri dan sesak karena serangan jantung itu bukan karena otot yang tegang, bukan karena masuk angin. Nyerinya itu karena pembuluh di sekitar jantung menyempit atau tersumbat. Jadi, darah tidak bisa dipompa jantung,” begitu keterangan yang disampaikan oleh dr. Yudhi.

Namun, stigma masyarakat bahwa kerokan juga dapat menyebabkan meninggal adalah salah. Penderita serangan jantung yang meninggal sesudah kerokan disebabkan oleh keterlambatan. Waktu yang digunakan untuk kerokan seharusnya digunakan untuk ke rumah sakit supaya penderita serangan jantung dapat ditangani oleh tenaga medis yang profesional.


Walau begitu, berdasarkan riset yang dilakukan Didik T., sekitar 87 persen dari 390 responden merasakan manfaat dari kerokan. Beberapa responden bahkan merasa ketagihan melakukan pengobatan tradisional yang tetap lestari ini.


“Iya, kalau lagi nggak enak badan langsung kerokan badan jadi enak lagi. Itu yang bikin ada rasa kalo nggak kerokan jadi nggak afdol,” ujar Vivi, wanita yang gemar melakukan pengobatan tradisional ini.


Hasil riset dan pernyataan tersebut dikonfirmasi oleh dr. Yudhi. Efek ketagihan itu muncul karena pengeluaran hormon endorfin oleh kelenjar pituitari. Hormon endorfin merupakan hormon dari kelenjar di otak yang menimbulkan rasa bahagia.


“Kalau tubuh diberi stimulasi seperti pijatan yang diakibatkan oleh kerokan, maka endorfin keluar. Hormon endorfin ini yang membuat orang suka kerokan. Efeknya sama ketika kita merasa rileks karena dipijat,” jelas dr. Yudhi.



Penulis: Reysabel Ruviana

Editor: Cherry Meilany

348 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page